perpustakaan

Rabu, 20 November 2013

kajian pemakai dan perilaku pemakai



KAJIAN PEMAKAI DAN PERILAKU PEMAKAI

A.      Analisis Kebutuhan (Need Assessment)

a)      Pengertian analisis kebutuhan
         Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2001) ---> analisis ana.li.sis [n] (1) penelitian suatu peristiwa atau kejadian(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); (2) Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan; [1]
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan need assessment sebagai: ”the process by which one defines educational needs and decides what their priorities are”. Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang pengertian need assessment : “it meqns a plan for gathering Information about discrepancies and for using that information to make decisions about priorities”].[2] Sedangkan menurut Anderson analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment. Pertama; need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua; kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian maka, need assessment merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.

b)     Fungsi Analisis Kebutuhan
Metode Need Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah didapat. Dalam pengukuran kesenjangan seorang analisis harus mampu mengetahui seberapa besar masalah yang dihadapi.
Beberapa fungsi Need Assessment menurut Morisson sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1. Kebutuhan Normatif
    Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, UAN, SNMPTN, dan sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.

c)      Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Glasgow menggambarkan need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah. Sedangkan Morrison menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai membuat laporan akhir.
Bentuk langkah-langkah need assessment menurut Glasgow sebagai berikut:
1. Tahapan pengumpulan Informasi; dalam tahapan ini seorang desainer harus bisa memahami dan mengumpulkan informasi dari para siswa cakupan pengumpulan informasi bisa beragam seperti karakteristik siswa, kemampuan personal, dan problematic didalam pembelajaran.
2. Tahapan identifikasi kesenjangan; menurut Kaufman mengidentifikasi kesenjangan yaitu dengan menggunakan metode Organizational Element Model yang dimana dalam metode ini menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dimulai dari input-proses-produk-output-outcome.
3.Analisis Performa; tahapan ini dilakukan setelah desainer memahami berbagai informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Dalam hal ini ketika menemukan sebuah kesenjangan, diidentifikasi kesenjangan mana yang dapat dipecahkan melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang memerlukan pemecahan yang lain.
4.Identifikasi Hambatan dan Sumber; dalam tahapan ini pelaksanaan suatu program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu program. Berbagai kendala bisa meliputi dari waktu, fasilitas, bahan, dan sebagainya. Sumber-sumbernya juga bisa dari pengorganisasian, fasilitas, dan pendanaan.
5. Identifikasi Karakteristik Siswa; tahapan ini merupakan proses pengidentifikasian masalah-masalah siswa. Karena Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai masalah yang dihadapi siswa.
6. Identifikasi tujuan; mengidentifikasi tujuan merupakan  salah satu tahapan penting yang ada didalam need assessment, karena mengidentifikasi tujuan merupakan proses penetapan kebutuhan yang dianggap mendesak untuk dipecahkan sesuai dengan kondisi, karena tidak semua kebutuhan menjadi tujuan.
7. Menentukan permasalahan; tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses analisis, yaitu menuliskan pernyataan adalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain instruksional.
Sedangkan menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai berikut:
1.  Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.
2. Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi)
3. Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan
4. Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan analisis pemakai[3][4]
1.                  Apakah populasi yang menjadi target mempunyai pengetahuan atau minat yang cukup untuk memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang kompleks? apakah beberapa pertanyaan sederhana yang menutupi pertanyaan kompleks itu lebih baik.
2.                  Apakah para pelaku analisis yang tidak mempunyai pengalaman yang cukup dalam melakukan riset sudah dibekali informasi yang baik sehingga bisa memberikan hasil riset yang mewakili data yang ada di lapangan.
3.                  Bagaimana caranya agar perpustakaan mendapatkan data yang benar-benar mewakili prilaku pengguna, bukan data yang dibuat responden supaya menyenangkan pihak perpustakaan.
4.                  Apakah proses survei menghasilkan data di luar dugaan dari pihak responden dan perpustakaan.
Jawaban untuk pertanyaan tersebut tentunya belum dapat diketahui sampai analisis terhadap survei dilakukan. Namun dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan itu terlebih dahulu, pihak perpustakaan dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang akan berdampak pada ketidak akuratan hasil survei.
Unsur-Unsur Analisis Pemakai
Dalam rangka melakukan analisis kebutuhan informasi pemakai perpustakaan harus ditentukan beberapa hal[4][5] :
1.      Siapa yang kan melakukan pengumpulan data?
2.      Informasi apakah yang diinginkan oleh perpustakaan?
3.      Bagaimana metodenya untuk menghasilkan informasi yang diinginkan?
4.      Bagaimana memamfaatkan data itu?

Siapa yang bertanggung jawab dan berapa banyak staf yang akan terlibat dalam pengumpulan data perlu dibicarakan dari awal. Semua itu tergantung dari berbagai faktor, antara lain dana yang tersedia (apakah dana rutin atau khusus), berapa banyak staf yang mempunyai kompetensi untuk melakukan pengumpulan data, cakupan analisis (apakah mendalam atau tidak).
Analisis ini dapat dilakukan oleh konsultan, gabungan, dan dapat juga melibatkan kelompok atau anggota masyarakat yang di survei. Ada keuntungan dan kelemahan apabila yang melakukan analisis adalah staf perpustakaan[5][6] :

a. Kelemahan
1. Belum memiliki pengalaman dan keahlian yang diperlukan.
2. Mengurangi waktu untuk pekerjaan rutin di perpustakaan.
3. Dapat menimbulkan bias (pengaruh perasan subjektif).

b.  Keuntungan
1.                  Paling memahami data mana yang bermamfaat.
2.                  Keterlibatan langsung meningkatkan komitmen pada masyarakay yang harus       dilayani.
3.                  Kesediaan untuk menerima dan mengimplementasikan hasil survei lebih besar.

Dalam melakukan analis pemakai perpustakaan sering dilakukan metode gabungan antara staf perpustakaan dan pihak luar. Namun perlu dipertimbangkan untuk memasukkan pekerjaan anlisis terhadap kebutuhan iformasi dari pengguna dimasukkan dalam deskripsi kerja beberapa staf pengembangan koleksi. Tentunya akan menambah beban kerja para staf pengembangan koleksi, bahkan bisa jadi dibutuhkan seorang staf baru untuk mengurangi beban kerja staf yang ada. Namun, perlu diingat bahwa analisis kebutuhan informasi pemakai perpustakaan sebaiknya dilakukan secara rutin sehingga kebutuhan informasi pemakai yang mutakhir dapat diketahui oleh perpustakaan, yang mengakibatkan efektifitas dalam pemamfaatan dan pengembangan koleksi. Data analisis kebutuhan merupakan faktor kunci dalam menentukan prioritas kileksi.
Penugasan staf perpustakaan sebagai anggota tim analisis pemakai akan sngat bermamfaat karena selain staf tersebut jadi mengerti benar bagaimana memamfaatkan hasil pengumpulan data tersebut, juga staf tersebut dapat berinteraksi langsung dengan pemakai. Komunikasi yang lancar sangat bermamfaat untuk membina saling pengertian antara pustakawan dan pemakai, bisa saling mengerti maslah yang ada pada masing-masing pihak sehingga memaklumi kendala yang ada.

·         Hal-Hal Yang Akan Di Analisis[6][7]
a.                   Data Historis
Dengan mengetahiu perkembangan historis dari sebuah komunitas akan memberikan pengertian yang lebih baik dan cepat terhadap kondisi komunitas itu pada masa kini.
b.                  Informasi Geografis
Informasi geografis bermamfaat untuk menjawab pertanyaan, seprti kearahmanakah pertumbuhan komunitas secara fisik ?.
c.                   Data Ketersedian Informasi
Pustakawan perlu memikirkan bagaimana transportasi dari kebanyakan anggotanya dan transportasi pustakawan sendiri.
d.                  Data Administrasi
Data yang berkaitan dengan masalah administrasi tidaklah sulit, tidak juga terkain dengan data yang banyak. Namun ada kemungkinan terkait dengan masalah pengembangan koleksi. Di perpustakaan tertentu bisa saja terjadi para dosen mempunyai hak yang sah untuk menggunakan anggaran perpustakaan untuk melakukan pembelian buku yang diperlukannya.
e.                   Informasi Politik
Informasi politik baik yang resmi maupun tidak, mempunyai hubungan dengan data administratif. Beberapa pertanyaan yang timbul seperti sampai dimanakah perpustakaan meliput isu-isu politik? jika partai-partai politik ada dilingkungan perpustakaan itu, bagaimana sikap mereka terhadap layanan perpustakaan? bagaimana sebaran para pengikut partai politik tersebut di komunitas? apakah daerah tertentu ada pengaruh suatu partai politik yang lebih kuat? Apakah koleksi pada titik layanan tersebut harus mengikuti kekuatan tersebut?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih berpengaruh pada perpustakaan umum. Perpustakaan perguruan tinggi dan sekolah lebih menekankan koleksi pada kepentingan kurikulum.
f.                   Data Kependudukan
Data kependudukan penting untuk menentukan pengembangan koleksi yang efektif bagi seluruh jenis perpustakaan. Komunitas yang dilayani terus berubah dari waktu ke waktu dan populasi pemakai terus bertambah.
g.                  Data Ekonomi
Pengetahuan berbasis ekonomi tentang komunitas yang dilayani akan sangat berguna dalam perencanaan pengembangan koleksi. Naik turunnya keadaan ekonomi komunitas akan mempengaruhi anggaran yang akan diperoleh untuk pengembangan koleksi. Oleh karna itu, perpustakaan harus tanggap dengan situasi ekonomi baik komunitasnya maupun secara nasional.
h.                  Sistem Komunikasi
Sitem komunikasi sangat berguna bagi layanan yang bisa diberikan oleh perpustakaan. Sebagai contoh, di negara-negara maju telah memamfaatkan saluran televisi kabel di kombinasi dengan telepon untuk layanan referensi di komunitas sekarang ini internet bisa menjadi sistem komunikasi yang efektif antara perpustakaan dan pemakainya.
i.                    Organisasi Sosial Dan Pendidikan
Adanya berbagai organisasi dalam masyarakat bisa menjadi indikasi minat masyarakat. Sekarang ini banyak sekali organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan sehingga berdampak kepada makin tingginya kebutuhan informasi bagi masyarakat.
j.                    Organisasi Kebudayaan Dan Rekreasi
Organisasi yang behubungan dengan aktifitas kebudayaan dan rekreasi yang ada di msyarakat juga menunjukkan minat masyarakat. Adanya internet mempermudah terbentuknya organisasi di masyarakat walaupun bukan organisasi yang terlalu formal, namun mereka efektif saling berkomunikasi ataupu melakukan kegiatan bersama.
k.                  Perpustakaan Dan Unit Informasi Lain Yang Ada Di Sekitar Pemakai
Jika ada beberapa instansi atau lembaga yang memberikan pelayanan informasi di suatu komunitas  maka instansi atau lembaga tersebut sebaiknya bekerja sama agar masyarakat di komunitas tersebut memperoleh keuntungan dengan mempunyai akases lebih bayak pada sumber informasi.
1.                  Cara mengumpulkan data
Komunitas yang dilayani jelas berbeda berdasarkan jenis perpustakaan. Untuk institusi pendidikan, kelompok utama dalah guru/dosen dan siswa/mahasiswa, serta pegawai. Dalam rangka mengumpulkan data, ada beberapa metode dasar pengumpulan data[7][8]:
a.                   Mempelajari lapoaran, sumber-sumber data statistik, direktori, peta, data yang dikumpulkan oleh organisasi dan lembaga lain yang memberi jasa pelayanan pada masyarakat, arsip surat kabar, dan survei lain. Untuk perpustakaan perguruan tinggi : dokumen yang berisi berbagai data tentang mahasiswa, staf pengajar, perkuliahan dan lain debagainya dapat dimamfaatkan untuk kajian tersebut.
b.                  Melakukan wawancara secara informal dengan tokoh masyarakat dan orang lain yang mengetahui banyak tentang masyarakat tersebut.
c.                   Melakukan wawancara secara formal dengan tokoh masyarakat atau pentebarab kuesioner pada pengguna dan non pengguna.
d.                  Observasi terencana.

2.                  Cara Menginterprestasikan Data
Data yang telah dikumpulkan harus diolah agar dapat mengambil kesimpulan dari analisis tersebut. Tim analisis dan dewan penasehat dapat mulai menganalisis dan menginterprestasikan data dengan pertimbangan serangkaian pertanyaan. Contoh[8][9]
a.                   Apakah kebutuhan yang dirasakan paling penting untuk sebuah komunitas tersebut?
b.                  Apakah kebutuhan normatif paling penting yang teridentifikasi oleh para pakar?
c.                   Kebutuhan mana yang paling terkait dengan misi dan operasional perpustakaan?
d.                  Bagaimana anda dapat mencarikan solusi untuk kebutuhan yang ganda dan berkonflik?

Mengelola data membutuhkan waktu, keterampilan dan ketelitian. Analisis data dimulai dengan pembuatan tabel hasil perhitungan untuk berbagai pertanyaan yang ada pada kuesioner. Data tabulasi itu bisa diolah dengan analisa statika dasar dan sedrhana. Untuk yang lebih baik lagi analisis bisa dilakukan dengan meggunakan komputer untuk mengolah data yang diperlukan.
Setelah semua data terkumpul dan dianalisis satu persatu, perpustakaan harus memutuskan fakta mana yang penting untuk perpustakaan dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang terungkap. Analisis pemakai perlu dilakukan secara berkesinambungan, mengingat perubahan terjadi sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya serangkaian perubahan yang saling behubungan. Konsep laporan analisis pemakai yang telah ditulis perlu didiskusikan dengan berbagai pihak untuk menyempurnakan laporan.
Perubahan kebijakan pengembangan koleksi menggunakan data hasil analisis pemakai akan semakin memantapkan kebijakan tersebut karena didasarkan pada data yang akurat. Pustakawan bisa melanjutkan terus pengamatan untuk mendapatkan informasi tambahan dengan mengambil contoh yang lebih kecil karena komunitas pemakai kan terus berubah. Antisipasi itu akan membuat perpustakaan selalu peka terhadap kebutuhan informasi dan minat pemakai terhadap layanan perpustakaan.

B.     KAJIAN PEMAKAI PERPUSTAKAAN[9]
Kajian Pemakai jika dilihat secara etimologi berasal dari dua kata yaitu Kajian dan Pemakai.  Kata  kajian dari  dasar kata  kaji  yang berarti  selidik atau nilai. Jadi Kajian berarti penyelidikan atau penelitian.  Kata Pemakai  berarti yang memakai atau yang menggunakan.  Sedangkan pengertian pemakai  terkandung asumsi  setiap orang yang menggunakan perpustakaan, apabila ia membutuhkan informasi. Padahal sebenarnya belum tentu orang yang membutuhkkan informasi  selalu menggunakan perpustakaan.  Jika dilihat dari kenyataan yang ada, belum  tentu semua  orang yang  membutuhkan  informasi akan memakai  perpustakaan.  Powell (1994: 21- 34)[10], menggunakan  dua  istilah  untuk mengkaji  pemakai,  yaitu  House  survey  of  users   bagi  pemakai  yang  menjadi  anggota   suatu  perpustakaan,  dan  Community analysis untuk  pemakai  baik  yang   menjadi   anggota  maupun  bukan  anggota  perpustakaan.  Kemudian Sulistyo-Basuki membagi jenis pemakai berdasarkan sosio-profesional (pekerjaannya) menjadi tiga bagian utama, yaitu :
1.      Pemakai yang belum terlibat dalam kehidupan aktif pencarian informasi, seperti mahasiswa;
2.      Pemakai yang mempunyai pekerjaan tetap, dan bidang-bidang spesialis tertentu, seperti pegawai negeri, (yang masih dapat dikelompok-kelompokkan lagi, seperti teknisi, asisten, administrator, dll.), profesional (dosen, dokter, pengacara), dan industriawan;
3.      Pemakai umum, yang memerlukan informasi umum untuk keperluan khusus.
 Sebenarnya kata Kajian Pemakai merupakan terjemahan dari User Studies. Di dalam bahasa Indonesia ada yang menterjemahkannya menjadi  studi tentang  pemakai.    Studi  tentang  pemakai menurut Suyanto,[11] dalam Suwanto (2000, 382 – 391)[12], merupakan  kajian  secara   sistematis   terhadap karakteristik dan perilaku pemakai informasi berkenaan dengan interaksinya dengan sistem informasi. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem informasi  di sini dapat berarti lembaga-lembaga yang  melayani penelusuran informasi, baik itu perpustakaan, pusat-pusat dokumentasi dan informasi, maupun suatu sistem informasi di dalam komputer dengan menggunkan pangkalan data-pangkalan data baik pangkalan data lokal maupun pangkalan data ekstern atau pangkalan data dari luar  lembaga tersebut..  
Menurut  White (1993)[13],  sebuah kajian bisa dinamakan kajian  pemakai bila  kajian tersebut merupakan kajian yang tidak  terfokus  pada apa yang dikerjakan perpustakaan tetapi pada apa yang  dikerjakan oleh orang-orang  bila  mereka  membutuhkan   informasi.   Dari pernyataan  White  ini maka tersirat makna bahwa  kajian  pemakai adalah  kajian tentang orang-orang yang membutuhkan informasi, bukan kajian tentang apa yang dilakukan oleh lembaga informasi.  Lingkup kajian pemakai  bukan hanya berada di perpustakaan tetapi juga di luar perpustakaan, yang menurut Powel (1994: 21- 34), disebut Community Analysis.
Menurut Savoleinen  (dalam Vakkari dan Cronin, 1992: 153) kegiatan pencarian dan penggunaan informasi serta penciptaan dan pengolahannya adalah kegiatan Sense-making yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal individu yang bersifat subyektif. Faktor-faktor tsb. antara lain pendapat, evaluasi dan situasi. Sedangkan Kajian Pemakai adalah kajian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal  tsb. untuk menyibak kegiatan sense-making.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian pemakai adalah kajian   yang mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyakat dalam hubungannya dengan sistem informasi.


Tabel 1
INFORMATION SEARCH            PROCESS
Tahap-tahap dalam ISP
Perasaan yang muncul dalam suatu tahap
Pola pikir yang muncul
Tindakan yang biasa dilakukan
1. Inisiasi[14]
Ketidakpastian
Umum/samar-samar
Mencari informasi latas belakang
2. Seleksi
Optimisme
Penuh pertimbangan
Berdiskusi, memulai seleksi
3. Eksplorasi[15]
Kebingungan/frustasi, keraguan
-
Mencari informasi yang relevan
4. Formulasi[16]
Kejelasan
Lebih sempit/lebih jelas
-
5.Pengumpulan (Koleksi)
Keyakinan
Peningkatan rasa tertarik
Mencari informasi secara lebih terfokus
6. Presentasi[17]
Lega, Puas atau bisa juga kecewa
Lebih jelas, lebih terfokus.
 -

Di samping pola pencarian informasi  seperti yang digambarkan oleh Kuhithau seperti di atas, masih ada pola-pola lain yang dikelompokkan  berdasarkan strata, tata nilai dan kedudukan si pencari informasi  seperti yang ditemukan leh Palmer (1991) dan Elli, Cox, dan Hall (1993).
1.                  TUJUAN KAJIAN PEMAKAI
            Menurut Ford ( dalam Darmono & Ardoni,  1994: 25) tujuan kajian pemakai adalah untuk memahami proses perpindahan informasi dan semua implikasinya untuk semua bentuk lembaga informasi, dan penyebaran informasi yang berhubungan dengan sistem. Secara rinci tujuan kajian pemakai dirumuskannya sbb.:
a.       untuk menjelaskan fenomena yang dikaji;
b.      untuk memahami perilaku pemakai,
c.       untuk  memperkirakan dan mengantisipasi perilaku pemakai;
d.      untuk mengontrol fenomena dan menumbuhkan pemanfaatan informasi dengan memanipulasi kondisi-kondisi yang dianggap penting.
Berdasarkan bidang kajiannya Sulistyo-Basuki (1992: 204-205) menyebutkan tujuan kajian pemakai  memiliki tiga tujuan komprehensif, yaitu:
a.       Analisis kebutuhan; yang dikaji yaitu jenis dan sifat informasi yang dicari dan diterima, dari titik pandangan kuantitatif dan kualitatif. 
b.       Analisis perilaku informasi; yang mengkaji bagaimana kebutuhan informasi dipenuhi.
e.       Analisis motivasi dan sikap; yang mengkaji nilai-nilai yang dinyatakan pemakai, baik diungkapkan secara terbuka maupun tersembunyi tentang informasi dan aktivitas yang berhubungan dengan citra pemakai tentang jasa dan spesialis informasi.

2.      ASPEK-ASPEK KAJIAN PEMAKAI
                        Berdasarkan  pengelompokan tujuan  yang dilakukan oleh Ford (dalam Darmono dan Ardoni, 1994: 28 – 29), maka  ada beberapa aspek  yang dapat  dilakukan , yaitu :
a). Sumber informasi
Kajian tentang sumber informasi telah banyak dilakukan  terutama untuk menguji keterpakaian koleksi . Kajian ini kadang-kadang dapat dibandingkan dengan jenis koleksi yang berbeda dan membahas alasan penggunaan jenis koleksi tertentu.
b). Pemakaian informasi
Kajian  ini biasanya  meneliti motivasi pemakaian informasi dan cara mencari informasi yang dibutuhkan, serta tenggang waktu antara batas waktu man dengan pemanfaatan secara nyata.
c). Ciri-ciri informasi
Kajian tentang ciri-ciri informasi mengelompokkan pemakai berdasarkan tingkat kebutuhan, perilaku, latar belakang dan pekerjaan pemakai.  Karakteristik dalam bentuk tipologi  pemakai akan  dapt memberikan gambaran dengan cara pemetaan perlaku dan kebutuhan dengan mengidentifikasi tipe-tipe mereka.
d). Sistem-sistem (tata nilai) dari pemakai
Kajian ini meneliti hubungan antara sistem atau tata nilai pemakai dengan perilaku mereka dalam mencari informasi yang dibutuhkan.  Sistem dan tata nilai yang berpengaruh antara lain sistem kebudayaan, sistem politik, teman-teman sewaktu kuliah (invisible college ), organisasi formal, dan sistem ekonomi di masyarakat.
e). Interaksi antara pemakai dengan sistem informasi.
Kajian ini  diarahkan  pada proses interaksi antara pemakai dengan sistem yang ada di perpustakaan atau di pusat-pusat informasi. Yang menjadi perhatian utama adalah sikap dan perilaku pemakai.

3.      METODE-METODE KAJIAN PEMAKAI
            Untuk melakukan suatu kajian atau penelitian tentunya memerlukan metode.  [18]
Metode yang digunakan untuk kajian pemakai  sekarang ada pergeseran cara dari  metode kuantitatif ke metode kualitatif, dengan metode pengumpulan datanya kuesiner dan wawancara, serta observasi.  Lebih lanjut Britain (Dalam Darmono dan Ardoni, 1994 : 29 – 30), mengidentifikasi  empat pendekatan utama, yaitu :
a)        Penyelidikan langsung ( termasuk penggunaan kuesioner dan wawancara) untuk pengamatan  layanan-layanan yang ada
b)        Metode eksperimental, untuk mendapatkan umpan balik observasi langsung
c)        Metode kuesioner  (dengan pertanyaan yang terbuka) untuk menilai sikap yang dikaitkan dengan layanan.
d)       Observasi / pengamatan langsung.
Di samping metode-metode tsb. di atas yang masih bersifat umum, tidak tertutup kemungkinan adanya metode-metode lain untuk kasus-kasus dan kondisi tertentu.
C.                PERILAKU PENGGUNA PERPUSTAKAAN
Setiap orang yang datang ke perpustakaan memiliki latar belakang baik pendidikan, social dan kultur budaya yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi tingkah laku dari orang tersebut. Sehingga pustakawan perlu mengenali  perilaku mereka karena masing-masing orang mempunyai kebutuhan  yang berbeda. Pengertian  prilaku pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Apa bila kebutuhan terpenuhi maka akan timbul rasa puas dan apabila tidak terpanuhi akan muncul rasa kecewa..
Perpustakaan perlu mengetahui beberapa karakteristik pengguna terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah :
·                     Individual or group yaitu apakah si pengguna datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok
·                     Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh pengguna untuk membaca buku atau belajar
·                     Social situation, yaitu aspek sosial dari pengguna perpustakaan
·                     Leisure or necessity factor, yaitu apakah pengguna berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu
·                      Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami pengguna. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas
·                      Level of study, yaitu tingkat pendidikan pengguna. Kebutuhan mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3
·                      Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme pengguna dalam memanfaatkan layanan perpustakaan
Menurut Septiyantono (2003) ada berbagai sifat dan karakter pengguna yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi pengguna:
·                     Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya,
·                     Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin,
·                     Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya,
·                     Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia,
·                     Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya,
·                     Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat,
·                     Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan,
·                     Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya,
·                     Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul,
·                     Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati.




D.    JENIS PENGGUNA
            Jenis pengguna dapat dikelompokan dalam tipe pemakai pria, pemakai wanita, pemakai remaja, pemakai lanjut usia, pemakai pasangan suami isteri, pemakai bertunangan, pemakai wanita hamil, pemakai abnormal dan pemakai orang asing. Untuk kriteria jenis pengguna terbagi menjadi dua yaitu.
·                     Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi
·                     Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional pengguna.
·                     Sedangkan Jenis pengguna dapat dinyatakan sebagai :
·                     Pengguna yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa
·                     Pengguna yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
E.     Menyikapi prilaku user pada layanan perpustakaan di era digital [19]
            Salah satu tantangan yang dihadapi para pustakawan di era digital adalah munculnya perubahan perilaku users (pengguna) yang makin familiar dengan teknologi informasi, lebih kritis dan bersikap pro-aktif, dan cenderung menginginkan layanan perpustakaan yang serba cepat. Users di era revolusi informasi adalah warga masyarakat yang seringkali disebut sebagai net generation atau now generation yang makin terbiasa berselancar di dunia maya dan menginginkan segala informasi dapat diperoleh dengan seketika.
            Berbeda dengan era masyarakat modern yang lebih mementingkan layanan yang efisien, dan cenderung diperlakukan seperti konsumen atau pembeli yang ingin dilayani layaknya “Raja”, di era digital yang namanya users umumnya memiliki karakteristik layaknya masyarakat postmodern yang lebih terbuka wawasannya, lebih menglobal, tidak dikekang oleh ruang dan waktu, dan terbiasa menghabiskan sebagian waktunya untuk berselancar di dunia maya untuk menelusur dan mencari informasi sesuai keinginan dan seleranya.
            Di era digital, yang namanya perpustakaan tidak lagi hanya bersaing dengan toko-toko buku atau menjadi lembaga yang dapat memonopoli layanan kebutuhan masyarakat akan buku bacaan atau koleksi yang lain. Namun, persaing yang paling mengancam kedudukan dan peran perpustakaan justru adalah lautan informasi yang nyaris tak terbatas, yang terus berkembang dinamis di dunia maya. Di era revolusi informasi, seorang users yang membutuhkan koleksi atau informasi tertentu, ia tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu kartu katalog, melainkan ia cukup duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan kemudian berselancar di dunia maya untuk mendownload e-book atau mencari informasi yang dibutuhkan melalui google, yahoo, atau situs-situs yang lain.
Castells (1996), menyatakan bahwa di era revolusi informasi muncul apa yang ia sebut sebagai kebudayaan virtual riil, yaitu satu sistem di mana realitas itu sendiri sepenuhnya tercakup, sepenuhnya masuk dalam setting citra maya, di dunia fantasi, yang di dalamnya tampilan tidak hanya ada di layar tempat dikomunikasikannya berbagai pengalaman, namun mereka menjadi pengalaman itu sendiri (Ritzer & Goodman, 2008: 632). Di era digital boleh dikata tidak ada satu pun informasi yang tidak terlacak. Perpustakaan terbesar di era digital pada dasarnya adalah google, yahoo, wikipedia, berbagai web, situs, dan lain sebagainya yang semuanya bisa diakses seketika itu juga –tergantung keinginan dan kebutuhan users.
Dalam mendesign pengembangan layanan perpustakaan yang profesional dan berorientasi users, yang namanya pustakawan mau tidak mau harus menyadari arti penting perubahan dari representasi dokumen menuju representasi struktur kognitif dari pengguna. Di era digital.
            Seorang pustakawan yang hanya mengandalkan pada sikap ramah, dan sekadar melayani apa yang menjadi kebutuhan users, niscaya pelan-pelan akan ketinggalan jaman karena tidak melakukan perubahan yang signifikan. Di era digital, seorang pustakawan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik users, tetapi lebih dari itu mereka juga dituntut untuk mampu bersikap pro-aktif, inovatif, dan bahkan –yang terpenting— mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat users pelan-pelan makin tergantung pada apa yang ditawarkan pustakawan.
            Di era digital, seorang users bukanlah seorang yang pasif dan sekadar menunggu dilayani pustakawan tatkala mereka datang ke perpustakaan. Namun, users di era masyarakat postmodern adalah seorang yang memiliki kemampuan mandiri untuk menelusur informasi layaknya pustakawan itu sendiri, memiliki akses yang seluas-luasnya terhadap informasi, sehingga keberadaan perpustakaan untuk saat ini mau tidak mau harus diredefinisi dan disesuaikan dengan perubahan karakteristik dan perilaku users.
Di era revolusi informasi, memahami perubahan perilaku users yang  sangat dinamis dan kemudian bagaimana men-design pengembangan konsep layanan perpustakaan yang benar-benar profesional harus diakui bukanlah tugas yang mudah. Untuk menarik minat users berkunjung dan memanfaatkan layanan yang tersedia di perpustakaan, tentu ada banyak hal yang harus dibenahi, dan hal itu tentu tidak adil jika hanya dibeban sebagai tanggungjawab pustakawan saja.
Di era digital, perlu kita sadari bahwa yang namanya perpustakaan sesungguhnya tidak lagi bisa mendudukkan diri atau mengembangkan peran semata sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas mulia untuk ikut mencerdaskan bangsa melalui tawaran buku-buku koleksi dan berbagai bacaan yang dimiliki.
Ketika bangsa ini sedang dalam proses transisi membangun dan mensejahterakan warga masyarakatnya, mungkin benar bahwa peran perpustakaan tak ubahnya seperti Puskesmas, sekolah, atau lembaga sosial lain yang mengemban tugas untuk membantu melayani kebutuhan pengembangan literasi masyarakat. Namun, di era digital seperti sekarang ini, yang namanya perpustakaan mau tidak mau harus melakukan introspeksi dan mereposisi kembali peran dan kinerjanya karena yang dihadapi adalah perubahan perilaku users yang sudah jauh berbeda.
            Untuk men-design perpustakaan secara profesional, yang dibutuhkan tak lagi cukup hanya mengandalkan pada pembenahan sistem layanan perpustakaan yang hanya mengedepankan penambahan jumlah koleksi dan keramahan sikap petugas perpustakaan. Namun, justru yang terpenting adalah bagaimana para pustakawan mampu mengembangkan metode sosio-teknikal yang lebih mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan manusia sebagai users yang merupakan bagian dari komunitas cyberspace.
Menurut Piliang, beberapa sifat umum dari gaya hidup adalah: (1) gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu yang dilakukan atau tampil secara berulang-ulang, (2) yang mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang sifatnya personal, dan (3) mempunyai daur hidup (life cicle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh, puncak, surut dan mati. Gaya hidup dibentuk, diubah, dikembangkan sebagai hasil dari interaksi antara disposisi habitus dengan batas serta berbagai kemungkinan realitas. Dengan gaya hidup individu menjaga tindakan-tindakannya dalam batas dan kemungkinan tertentu. Berdasarkan pengalaman sendiri yang diperbandingkan dengan realitas sosial, individu memilih rangkaian tindakan dan penampilan mana yang menurutnya sesuai dan mana yang tidak sesuai untuk ditampilkan dalam ruang sosial (Adlin (ed.), 2006: 53-54).
Gaya hidup oleh berbagai ahli sering disebut merupakan ciri sebuah dunia modern atau dunia postmodern. Artinya, siapa pun yang hidup dalam masyarakat postmodern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain (Chaney, 2004: 40). Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. Cara sendiri bukan sesuatu yang alamiah, melainkan hal yang ditemukan, diadopsi atau diciptakan, dikembangkan dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai tujuan tertentu. Untuk dapat dikuasai, cara harus diketahui, digunakan dan dibiasakan (Donny Gahral Adian, dalam: Adlin (ed.), 2006: 37).
Seseorang pengguna perpustakaan yang memutuskan mencari informasi melalui dunia maya, dan karena itu tidak berkunjung ke gedung perpustakaan, apakah ia melakukan hal itu karena semata didorong karena persepsinya yang negatif terhadap koleksi perpustakaan yang dinilai selalu out of date, ataukah juga didorong keinginan untuk membuktikan bahwa ia bukanlah generasi yang ketinggalan jaman? Ketika seseorang mengkonsumsi sesuatu, bukan sekadar karena ingin membeli fungsi pertama atau fungsi inheren dari produk yang dibelinya itu, tetapi sebetulnya ia juga berkeinginan untuk membeli fungsi sosial yang lain yang disebut Adorno (1960) sebagai ersatz, nilai pakai kedua sebuah produk (lihat: Evers, 1988). Artinya, seseorang users yang memiliki blackberry, iPad, atau laptop dan kemudian mendownload informasi dari perangkat TI yang dimilikinya itu tidak selalu karena ia memang membutuhkan sebuah informasi secara cepat, tetapi bisa juga karena didorong tujuan-tujuan sosial yang lain: prestise, dan pemahaman users bahwa memang sepertilah seharusnya perilaku masyarakat postmodern.



















PENUTUP

A.                 KESIMPULAN

Dari sisi Etimologi : Berasal dari Kata Kajian dan Pemakai. Kajian berarti Penyelidikan, atau penelitian. Pemakai Adalah Orang yang menggunakan, atau orang yg menggunakan perpustakaan. Padahal menurut Powel (1994 : 34) belum tentu semua orang yg membutuhkan informasi menggunakan perpustakaan. Terjemahan dari Users Studies, yang di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kajian tentang pemakai.  Menurut Suyanto (dalam Suwanto, 2000, 382 – 391) merupakan kajian secara sistematis terhadap karakteristik dan perilaku pemakai informasi, berkenaan dengan interaksinya dengan sistem informasi. Yang dimaksud dengan sistem informasi, adalah lembaga-2 yg bergerak dalam bidang pelayanan informasi, seperti perpustakaan, Pusat-pusat Dokumentasi dan Informasi, maupun sistem informasi dalam komputer.
Berdasarkan bidang kajiannya Sulistyo-Basuki (1992: 204-205) menyebutkan tujuan kajian pemakai  memiliki tiga tujuan komprehensif, yaitu:
a.                               Analisis kebutuhan; yang dikaji yaitu jenis dan sifat informasi yang dicari dan diterima, dari titik pandangan kuantitatif dan kualitatif. 
b.                               Analisis perilaku informasi; yang mengkaji bagaimana kebutuhan informasi dipenuhi.
c.                               Analisis motivasi dan sikap; yang mengkaji nilai-nilai yang dinyatakan pemakai, baik diungkapkan secara terbuka maupun tersembunyi tentang informasi dan aktivitas yang berhubungan dengan citra pemakai tentang jasa dan spesialis informasi.

Menurut White (1993) Sebuah kajian bisa dinamakan Kajian Pemakai bila kajian tsb. Merupakan kajian yang tidak terfokus pada apa yang dilakukan perpustakaan, tetapi pada apa yang dikerjakan orang- orang bila mereka membutuhkan informasi.
Prilaku pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Apa bila kebutuhan terpenuhi maka akan timbul rasa puas dan apabila tidak terpanuhi akan muncul rasa kecewa.
DAFTAR PUSTAKA

Asakhasan. Makalah analisis kebutuhan , 2013
Kamus besar bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis
Powel, Ronald  R, 1994.  Dalam : Darmono  dan  Ardoni.  "Kajian  pemakai dan sumbangannya   kepada  dunia  Pusdokinfo".  Jurnal  Ilmu Perpustakaan dan  Informasi,  Vol.1  (2),           April:  21 – 34.
PERPUSINFO. Kajian Pemakai . 9 Mar 2009 . ilpusundip.blogspot.com/2009/03/kajian-  pemakai.html
Rahma Sugihartati. MENYIKAPI PERILAKU USERS PADA LAYANAN PERPUSTAKAAN .       Departemen Informasi dan Perpustakaan FISIP Unair.
                        www3.petra.ac.id/fppti/images/stories/ethics/presentasi2.doc
Sri Ati Suwanto. Kajian pemakai Perpustakaan. 2011. Jam. 7.00.
            http/ula3.files.wordpress.com/2011/12/kajian-pemakai-perp.doc
Suyanto, 1993.  Studi  tentang  karakteristik  pemakai   informasi. Majalah Ikatan Pustakawan     Indonesia, 15 (3-4) : 57-64.
White, Herb, 1993. Dalam : Pendit, Putu  Laxman. "Pendekatan   berorientasi  pemakai  dalam     kajian   tentang perpustakaan dan sistem informasi." Makalah disampaikan  pada Temu       ilmiah dua hari: Perpustakaan dan Teknologi  Informasi, Perpusnas  RI, 8- 9 Juni           Jakarta: Perpustakaan  Nasional RI,  1993:     1 – 11
Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka,     2009.



[1] Kamus besar bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis
[2] Asakhasan. Makalah analisis kebutuhan , 2013 . http://asakhasan.blogspot.com/2013/04/makalah-analisis-kebutuhan.html
[3][4] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,9.
[4][5] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,10.
[5][6] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,10.
[6][7] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,12.

[7][8] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,18.
[8][9] Yuyu Yulia, Jayanti Gristinawati Sujana, Pengembangan koleksi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2009. Hlm,3,2

[9]  Sri Ati Suwanto. Kajian pemakai Perpustakaan. 2011. Jam. 7.00. http/ula3.files.wordpress.com/2011/12/kajian-pemakai-perp.doc


[10] Powel, Ronald  R, 1994.  Dalam : Darmono  dan  Ardoni.  "Kajian  pemakai dan sumbangannya kepada  dunia  Pusdokinfo".  Jurnal  Ilmu Perpustakaan dan  Informasi,  Vol.1  (2), April:  21 – 34.

[11]Suyanto, 1993.  Studi  tentang  karakteristik  pemakai   informasi. Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia, 15 (3-4) : 57-64.

[12]Suwanto, Sri Ati., 2000. Temu kembali informasi dari sudut pandang pendekatan berorientasi pemakai.  Kajian Sastra No.3, Th. XXIV / 2000: 382 – 391.

[13] White, Herb, 1993. Dalam : Pendit, Putu  Laxman. "Pendekatan   berorientasi  pemakai  dalam   kajian   tentang perpustakaan dan sistem informasi." Makalah disampaikan  pada Temu  ilmiah dua hari: Perpustakaan dan Teknologi  Informasi, Perpusnas  RI, 8- 9 Juni  Jakarta: Perpustakaan  Nasional RI,  1993:     1 – 11


[14] ujian yg harus dijalani orang yg akan menjadi anggota suatu perkumpulan, suku, kelompok umur, dsb;
[15] penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam yg terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan.
[16] perumusan
[17] pemberian (tt hadiah); 2 pengucapan pidato (pd penerimaan suatu jabatan); 3 perkenalan (tt seseorang kpd seseorang, biasanya kedudukannya lebih tinggi); 4 penyajian atau pertunjukan (tt sandiwara, film, dsb) kpd orang-orang yg diundang;
[18] PERPUSINFO. Kajian Pemakai . 9 Mar 2009 . ilpusundip.blogspot.com/2009/03/kajian-pemakai.html

[19] Rahma Sugihartati. MENYIKAPI PERILAKU USERS PADA LAYANAN PERPUSTAKAAN .  Departemen Informasi dan Perpustakaan FISIP Unair. www3.petra.ac.id/fppti/images/stories/ethics/presentasi2.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar